3.20.2009

ARTI, DASAR, dan TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS TAUHID

A. ARTI, DASAR, dan TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS TAUHID
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN.
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan selururh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.

Sejalan dengan penentuan prioritas bidang pembangunan, lebih-lebih pada bidang yang bersifat material, maka terdapat kecendrungan dalam pendidikan untuk menjejalkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang material tersebut. Kecenderungan ini sebenarnya bertujuan baik. Ia bermaksud menyesuaikan diri dengan iklim pembangunan dan kemajuan teknologi. Ia juga bermaksud memenuhi kebutuhan tenega-tenaga yang masih sangat kurang pada bidang-bidang tersebut,Akan tetapi karena bahan-bahan yang diberikan bersifat ekstern dari inti kepribadian manusia, dengan sendirinya ciri pendidikan yang sangat nampak hanyalah lebih bersifat pengajaran. Sedangkan menurut Charles E. Siberman bahwa pendidikan tidak identik dengan pengajaran yang hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Tugas pendidikan bukan melulu meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan agama tentunya mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar daripada pendidikan pada umumnya, lebih-lebih yang hanya menitk beratkan pada aspek kognitf semata.
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menbiana kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan adalah proses, dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat/media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam hal ini ti Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah :
a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan.
Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum memberi gambaran konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga perkembangan manusia yang dikehendaki nketerpaduannya dengan kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukan adanya kualifikasi tertentu.

2. ANALISA TENTANG DASAR-DASAR PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran, surat Asy-Syura, ayat 52 :








Artinya :
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kamikehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya yang benar”.

Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak dan taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasihati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarn-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia” (Al-Gazali, Ihya’ Ulumuddin hal.90)
Dari ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di atas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :
1. Bahwa Al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.
2. Menurut Hadis Nabi, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al-Quran dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Prof. Dr. Moh. Athiyah al-A brasyi dalam bukunya “Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat Universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungannya dengan khaliqnya yang diatur dalam ubudiyah, juga dalam hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah berpakaian, jual-beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan berturut-turut dalam Al-Quran surat Luqman, mulai ayat 3 dan seterusnya adalah :
(1) Pendidikan Keimanan Kepada Allah SWT.

Artinya :
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman ayat 13)
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
(2) Pendidikan Akhlaqul Karimah.
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.
Firman Allah SWT :Artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
(Luqman : 18).
(3) Pendidikan Ibadah.
Ibadah yang secara awam diartikan sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup tidak hanya penyembahan, tetapi juga berhubungan dengan laku manusia meliputi kehidupan. Yang paling beradab, dari segi pandangan spiritual, adalah mereka yang mematuhi dengan sangat rapat kemauan Allah SWT, di dalam semua perbuatan-perbuatan mereka.
Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual. Upaya untuk ini Islam memberikan aturan-aturan peribadatan, sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluq terhadap khaliqnya.

3. ANALISA TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin di wujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim. Dan kematangan integritas – kesempurnaan – pribadi.
Sebagai dunia cita, kalau sudah ditetapkan, ia adalah idea statis. Tetapi sementara itu kualitas dari tujuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai-nilainya. Lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang bersifat fundamental, seperti: nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama. Di sini kiranya orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan dunia, serta membantu anak-anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.
Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi :
1. Pembinaan kepribadian (nilai formil).
- sikap (attitude).
- daya pikir praktis rasional.
- obyektivitas.
- loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
- sadar nilai-nilai moral dan agama.
2. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materill), yaitu materi ilmu itu sendiri.
3. Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.
4. Pembinaan jasmani yang sehat.

B. PENDIDIKAN dan PENGAJARAN TAUHID
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran Tauhid lebih dari itu, ia juga dapat menuntun orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Pendidikan Tauhid dimaksudkan adalah membimbing anak didik agar mempunyai jiwa tauhid, melalui bimbingan tidak hanya dengan lisan dan tulisan, akan tetapi juga melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku, perbuatan dan perkataan orang tua atau guru adalah termasuk pekerjaan mendidik.
Pengajaran Tauhid dimaksudkan adalah memberikan pengertian tentang ketauhidan baik ia sebagai akidah yang wajib diyakini atau tauhid sebagai filasafat hidup manusia yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan dan pengajaran Tauhid, baik yang berhubungan dengan akidah atau ibadah, akan menanamkan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah. Keikhlasan mengabdi kepada Allah inilah yang membuat Tauhid laksana pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat dan segi lain untuk kehidupan di dunia ini.
Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran Tauhid harus dimulai sejak anak didik lahir ke dunia ini, anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Allah SWT. Harus disalurkan dengan sewajarnya, di bimbing dan diarahkan kepada rasa iman kepada Allah dan mencintai-Nya pula.
Proses pendidikan dan pengajaran tauhid harus dimulai sejak lahir anak ke dunia ini. Bukankah kehadiran seorang bayi ke dunia ini supaya didengungkan suara adzan sebagai pertanda pendidikan dan pengajaran tauhid telah dimulai.

“Sesungguhnya telah adzan Rasulullah saw. Pada telinga Husein (cucu beliau) ketika Husein baru dilahirkan – oleh Fatimah.” (Riwayat Ahmad dan Turmudzi).
Usaha-usaha pemupukan rasa iman sebagai fitrah manusia itu harus sungguh-sungguh mendapat perhatian orang tua/pengasuh, agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan wajar. Usaha-usaha pemupukan rasa iman itu melalui dalam tiga proses, yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan akhirnya pembentukan budi luhur.
Dalam taraf pembentukan pembiasaan, meliputi masa vital, masa anak-anak dan sebahagian masa sekolah. Dalam taraf pembiasaan ini hanya berupa pembiasaan pengenalan terhadap rasa iman kepada Allah dan adanya Allah.
Pada taraf ini anak dapat diumpamakan sebagai bibit tanaman yang baru bertumbuh, maka ia memerlukan pemeliharaan yang serius dari gangguan-gangguan yang dapat mematikan tanaman yang baru tumbuh itu, memerlukan siraman, perlindungan dari panas matahari dan sebagainya.
Anak mengenal Allah dengan perantaraan apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan, mula-mula diterimanya secara acuh tak acuh, akan tetapi tatkala ia melihat atau mendengar lingkungan keluarganya menganggumi Allah, maka terjadilah pengalaman agamis dalam dirinya.
Anak pada permulaan sekolah, pembiasaan diperlukan peragaan-peragaan pengenalan kepada Allah – lebih baik secara spontan – yang dapat dilihat atau didengar anak seperti mengucapkan basmallah, shalat, mendo’a, mengucapkan salam bila bertemu sesama keluarga, mengucapkan syukur dan sebagainya.
Pada permulaan sekolah anak belum dapat menyerap pemikiran maknawy, pemikiran masih terbatas pada persoalan yang nyata dan suka meniru. Maka kesukaan meniru ini perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada pengenalan kepada Allah.
Pada tahap pembentukan pengertian, meliputi pada masa sekolah sampai menjelang remaja. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan pada anak usia menjelang usia sekolah yaitu anak suka berkhayal, karenanya kekhayalannya itu perlu mendapat penyaluran pada pengenalan kepada Allah, antara lain seperti mukjizat, malaikat dan sebagainya.
Masa remaja adalah masa peralihan dan persiapan untuk dewasa, ia bukan anak-anak lagi akantetapi dewasa pun belum matang pula. Masa remaja bagaikan pohon yang kita tanam mengalami hembusan angin dan tidak jarang pohon itu tumbang bila akar-akarnya tidak kuat
Menjelang usia baligh, anak diarahkan pada penginsafan tentang kenyataan, mengerti dan menyadari bahwa segala apa saja yang ada di dunia ini adalah makhluk Allah, semuanya diciptakan oleh Allah.
Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah itu berjalan dengan baik dan lancar, segala kebiasaan yang baik jadi amalannya., maka dalam usia remaja akan terbentuklah rasa iman kepada Allah dengan mendalam dan lebih di sempurnakan lagi pada usia dewasa yang dimatangkan dengan pendidikan dan pengajarannya atau pengalamannya.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan keluarga besar sekali perannya dalam pendidikan anak pada umumnya dan pendidikan agama khususnya. Pendidikan dan pengajaran dalam lingkungan keluarga itu akan lebih berhasil lagi bila tidak mengalami halangan dan rintangan antara lain seperti keutuhan struktur keluarga dan keutuhan interaksi antara sesama anggota keluarga.
Peranan utama pendidikan keluarga adalah ibu, ibu sebagai pendidik utama dalam lingkungan keluarga, tidak dapat digantikan oleh orang lain, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan rohani. Ibu mendidik anknya atas dasar kasih sayang yang dalam. Nilai ASI sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pisik dan mental anknya, hubungan ibu dan anak dalam menyusui yang disertai pelukan dan belaian sayang akan menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam diri anak. Oleh karena itu peranan ibu dalam pendidikan keluarga, hendaknya perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada penanaman ajaran ketauhidan kepada Allah. Karena ajaran tauhid adalah ajaran pokok dalam agama yang menentukan masa depan seseorang sebagai muslim atau sebaliknya menjadi kafir.

C. DASAR / LANDASAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
1. Dasar Pokok
a. Al-Quran
Ialah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi dalil bagi kerasulan Rasulullah dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penutunjuknya serta ibadah bila di baca.
b. Sunah
Ialah segala gerak-gerik Rasul baik dari ucapan, perbuatan dan ketetapan Rasul yang menjadi pedoman umat manusia.
2. Dasar Tambahan
a. Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat
b. Ijtihad
c. Maslahatul Mursalah (kemaslahatan umat)
d. Uruf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)
3. Dasar Operasional
a. Dasar historis
b. Dasar sosial
c. Dasar ekonomi
d. Dasar politik
e. Dasar psikologis
f. Dasar fisiologis

D. TAHAP-TAHAP TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
Abu Ahmadi menyatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : (1) Tujuan tertinggi/terakhir, (2) tujuan umum, (3) tujuan khusus, dan (4) tujuan sementara.

1. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dab berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).
Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah :
a. Menjadi Hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menhayati tentang tuhannya sedemikian rupa. Sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusuan terhadap-Nya. Melalui seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Quran.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”. (QS. Al-Zhariat :56)
b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaanya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
Firman Allah :
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
(Q.S 2 : 20)
c. Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia samapai akhirat, baik individu maupun masyarakat.
Selanjutnya firman Allah SWT :
Artinya :
“dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan duniawi”. (Q.S Al-Qashash : 77)

2. Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Sementara itu para ahli pendidikan Islam merumuskan pula tujuan umum pendidikan Islam ini diantaranya :
a. Al-Abrasyi misalnya, dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu :
1). Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimin dari dulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya.
2). Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya.
3). Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.
4). Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5). Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada :
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.
b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subyek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran Al-Karim.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“katakanlah : Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar menentukan.”
c. Tuntutan Situasi, Kondisi pada kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik;

4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI, DASAR, dan TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS TAUHID
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN.
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan selururh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.
Sejalan dengan penentuan prioritas bidang pembangunan, lebih-lebih pada bidang yang bersifat material, maka terdapat kecendrungan dalam pendidikan untuk menjejalkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang material tersebut. Kecenderungan ini sebenarnya bertujuan baik. Ia bermaksud menyesuaikan diri dengan iklim pembangunan dan kemajuan teknologi. Ia juga bermaksud memenuhi kebutuhan tenega-tenaga yang masih sangat kurang pada bidang-bidang tersebut,Akan tetapi karena bahan-bahan yang diberikan bersifat ekstern dari inti kepribadian manusia, dengan sendirinya ciri pendidikan yang sangat nampak hanyalah lebih bersifat pengajaran. Sedangkan menurut Charles E. Siberman bahwa pendidikan tidak identik dengan pengajaran yang hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Tugas pendidikan bukan melulu meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan agama tentunya mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar daripada pendidikan pada umumnya, lebih-lebih yang hanya menitk beratkan pada aspek kognitf semata.
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menbiana kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan adalah proses, dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat/media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam hal ini ti Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah :
a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan.
Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum memberi gambaran konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga perkembangan manusia yang dikehendaki nketerpaduannya dengan kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukan adanya kualifikasi tertentu.

2. ANALISA TENTANG DASAR-DASAR PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran, surat Asy-Syura, ayat 52 :

Artinya :
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kamikehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya yang benar”.

Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak dan taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasihati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarn-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia” (Al-Gazali, Ihya’ Ulumuddin hal.90)
Dari ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di atas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :
1. Bahwa Al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.
2. Menurut Hadis Nabi, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al-Quran dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Prof. Dr. Moh. Athiyah al-A brasyi dalam bukunya “Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat Universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungannya dengan khaliqnya yang diatur dalam ubudiyah, juga dalam hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah berpakaian, jual-beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan berturut-turut dalam Al-Quran surat Luqman, mulai ayat 3 dan seterusnya adalah :
(1) Pendidikan Keimanan Kepada Allah SWT.
Artinya :
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman ayat 13)
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
(2) Pendidikan Akhlaqul Karimah.
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.
Firman Allah SWT :




Artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
(Luqman : 18).
(3) Pendidikan Ibadah.
Ibadah yang secara awam diartikan sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup tidak hanya penyembahan, tetapi juga berhubungan dengan laku manusia meliputi kehidupan. Yang paling beradab, dari segi pandangan spiritual, adalah mereka yang mematuhi dengan sangat rapat kemauan Allah SWT, di dalam semua perbuatan-perbuatan mereka.
Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual. Upaya untuk ini Islam memberikan aturan-aturan peribadatan, sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluq terhadap khaliqnya.

3. ANALISA TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin di wujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim. Dan kematangan integritas – kesempurnaan – pribadi.
Sebagai dunia cita, kalau sudah ditetapkan, ia adalah idea statis. Tetapi sementara itu kualitas dari tujuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai-nilainya. Lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang bersifat fundamental, seperti: nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama. Di sini kiranya orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan dunia, serta membantu anak-anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.
Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi :
1. Pembinaan kepribadian (nilai formil).
- sikap (attitude).
- daya pikir praktis rasional.
- obyektivitas.
- loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
- sadar nilai-nilai moral dan agama.
2. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materill), yaitu materi ilmu itu sendiri.
3. Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.
4. Pembinaan jasmani yang sehat.

B. PENDIDIKAN dan PENGAJARAN TAUHID
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran Tauhid lebih dari itu, ia juga dapat menuntun orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Pendidikan Tauhid dimaksudkan adalah membimbing anak didik agar mempunyai jiwa tauhid, melalui bimbingan tidak hanya dengan lisan dan tulisan, akan tetapi juga melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku, perbuatan dan perkataan orang tua atau guru adalah termasuk pekerjaan mendidik.
Pengajaran Tauhid dimaksudkan adalah memberikan pengertian tentang ketauhidan baik ia sebagai akidah yang wajib diyakini atau tauhid sebagai filasafat hidup manusia yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan dan pengajaran Tauhid, baik yang berhubungan dengan akidah atau ibadah, akan menanamkan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah. Keikhlasan mengabdi kepada Allah inilah yang membuat Tauhid laksana pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat dan segi lain untuk kehidupan di dunia ini.
Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran Tauhid harus dimulai sejak anak didik lahir ke dunia ini, anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Allah SWT. Harus disalurkan dengan sewajarnya, di bimbing dan diarahkan kepada rasa iman kepada Allah dan mencintai-Nya pula.
Proses pendidikan dan pengajaran tauhid harus dimulai sejak lahir anak ke dunia ini. Bukankah kehadiran seorang bayi ke dunia ini supaya didengungkan suara adzan sebagai pertanda pendidikan dan pengajaran tauhid telah dimulai.




“Sesungguhnya telah adzan Rasulullah saw. Pada telinga Husein (cucu beliau) ketika Husein baru dilahirkan – oleh Fatimah.” (Riwayat Ahmad dan Turmudzi).
Usaha-usaha pemupukan rasa iman sebagai fitrah manusia itu harus sungguh-sungguh mendapat perhatian orang tua/pengasuh, agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan wajar. Usaha-usaha pemupukan rasa iman itu melalui dalam tiga proses, yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan akhirnya pembentukan budi luhur.
Dalam taraf pembentukan pembiasaan, meliputi masa vital, masa anak-anak dan sebahagian masa sekolah. Dalam taraf pembiasaan ini hanya berupa pembiasaan pengenalan terhadap rasa iman kepada Allah dan adanya Allah.
Pada taraf ini anak dapat diumpamakan sebagai bibit tanaman yang baru bertumbuh, maka ia memerlukan pemeliharaan yang serius dari gangguan-gangguan yang dapat mematikan tanaman yang baru tumbuh itu, memerlukan siraman, perlindungan dari panas matahari dan sebagainya.
Anak mengenal Allah dengan perantaraan apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan, mula-mula diterimanya secara acuh tak acuh, akan tetapi tatkala ia melihat atau mendengar lingkungan keluarganya menganggumi Allah, maka terjadilah pengalaman agamis dalam dirinya.
Anak pada permulaan sekolah, pembiasaan diperlukan peragaan-peragaan pengenalan kepada Allah – lebih baik secara spontan – yang dapat dilihat atau didengar anak seperti mengucapkan basmallah, shalat, mendo’a, mengucapkan salam bila bertemu sesama keluarga, mengucapkan syukur dan sebagainya.
Pada permulaan sekolah anak belum dapat menyerap pemikiran maknawy, pemikiran masih terbatas pada persoalan yang nyata dan suka meniru. Maka kesukaan meniru ini perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada pengenalan kepada Allah.
Pada tahap pembentukan pengertian, meliputi pada masa sekolah sampai menjelang remaja. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan pada anak usia menjelang usia sekolah yaitu anak suka berkhayal, karenanya kekhayalannya itu perlu mendapat penyaluran pada pengenalan kepada Allah, antara lain seperti mukjizat, malaikat dan sebagainya.
Masa remaja adalah masa peralihan dan persiapan untuk dewasa, ia bukan anak-anak lagi akantetapi dewasa pun belum matang pula. Masa remaja bagaikan pohon yang kita tanam mengalami hembusan angin dan tidak jarang pohon itu tumbang bila akar-akarnya tidak kuat
Menjelang usia baligh, anak diarahkan pada penginsafan tentang kenyataan, mengerti dan menyadari bahwa segala apa saja yang ada di dunia ini adalah makhluk Allah, semuanya diciptakan oleh Allah.
Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah itu berjalan dengan baik dan lancar, segala kebiasaan yang baik jadi amalannya., maka dalam usia remaja akan terbentuklah rasa iman kepada Allah dengan mendalam dan lebih di sempurnakan lagi pada usia dewasa yang dimatangkan dengan pendidikan dan pengajarannya atau pengalamannya.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan keluarga besar sekali perannya dalam pendidikan anak pada umumnya dan pendidikan agama khususnya. Pendidikan dan pengajaran dalam lingkungan keluarga itu akan lebih berhasil lagi bila tidak mengalami halangan dan rintangan antara lain seperti keutuhan struktur keluarga dan keutuhan interaksi antara sesama anggota keluarga.
Peranan utama pendidikan keluarga adalah ibu, ibu sebagai pendidik utama dalam lingkungan keluarga, tidak dapat digantikan oleh orang lain, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan rohani. Ibu mendidik anknya atas dasar kasih sayang yang dalam. Nilai ASI sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pisik dan mental anknya, hubungan ibu dan anak dalam menyusui yang disertai pelukan dan belaian sayang akan menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam diri anak. Oleh karena itu peranan ibu dalam pendidikan keluarga, hendaknya perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada penanaman ajaran ketauhidan kepada Allah. Karena ajaran tauhid adalah ajaran pokok dalam agama yang menentukan masa depan seseorang sebagai muslim atau sebaliknya menjadi kafir.

C. DASAR / LANDASAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
1. Dasar Pokok
a. Al-Quran
Ialah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi dalil bagi kerasulan Rasulullah dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penutunjuknya serta ibadah bila di baca.
b. Sunah
Ialah segala gerak-gerik Rasul baik dari ucapan, perbuatan dan ketetapan Rasul yang menjadi pedoman umat manusia.
2. Dasar Tambahan
a. Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat
b. Ijtihad
c. Maslahatul Mursalah (kemaslahatan umat)
d. Uruf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)
3. Dasar Operasional
a. Dasar historis
b. Dasar sosial
c. Dasar ekonomi
d. Dasar politik
e. Dasar psikologis
f. Dasar fisiologis

D. TAHAP-TAHAP TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
Abu Ahmadi menyatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : (1) Tujuan tertinggi/terakhir, (2) tujuan umum, (3) tujuan khusus, dan (4) tujuan sementara.

1. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dab berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).
Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah :
a. Menjadi Hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menhayati tentang tuhannya sedemikian rupa. Sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusuan terhadap-Nya. Melalui seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Quran.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”. (QS. Al-Zhariat :56)
b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaanya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
Firman Allah :
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
(Q.S 2 : 20)
c. Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia samapai akhirat, baik individu maupun masyarakat.
Selanjutnya firman Allah SWT :
Artinya :
“dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan duniawi”. (Q.S Al-Qashash : 77)

2. Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Sementara itu para ahli pendidikan Islam merumuskan pula tujuan umum pendidikan Islam ini diantaranya :
a. Al-Abrasyi misalnya, dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu :
1). Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimin dari dulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya.
2). Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya.
3). Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.
4). Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5). Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada :
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.
b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subyek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran Al-Karim.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“katakanlah : Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar menentukan.”
c. Tuntutan Situasi, Kondisi pada kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik;

4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI, DASAR, dan TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS TAUHID
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN.
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan selururh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.
Sejalan dengan penentuan prioritas bidang pembangunan, lebih-lebih pada bidang yang bersifat material, maka terdapat kecendrungan dalam pendidikan untuk menjejalkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang material tersebut. Kecenderungan ini sebenarnya bertujuan baik. Ia bermaksud menyesuaikan diri dengan iklim pembangunan dan kemajuan teknologi. Ia juga bermaksud memenuhi kebutuhan tenega-tenaga yang masih sangat kurang pada bidang-bidang tersebut,Akan tetapi karena bahan-bahan yang diberikan bersifat ekstern dari inti kepribadian manusia, dengan sendirinya ciri pendidikan yang sangat nampak hanyalah lebih bersifat pengajaran. Sedangkan menurut Charles E. Siberman bahwa pendidikan tidak identik dengan pengajaran yang hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Tugas pendidikan bukan melulu meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan agama tentunya mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar daripada pendidikan pada umumnya, lebih-lebih yang hanya menitk beratkan pada aspek kognitf semata.
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menbiana kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan adalah proses, dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat/media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam hal ini ti Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah :
a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan.
Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum memberi gambaran konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga perkembangan manusia yang dikehendaki nketerpaduannya dengan kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukan adanya kualifikasi tertentu.

2. ANALISA TENTANG DASAR-DASAR PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran, surat Asy-Syura, ayat 52 :








Artinya :
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kamikehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya yang benar”.

Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak dan taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasihati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarn-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia” (Al-Gazali, Ihya’ Ulumuddin hal.90)
Dari ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di atas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :
1. Bahwa Al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.
2. Menurut Hadis Nabi, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al-Quran dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Prof. Dr. Moh. Athiyah al-A brasyi dalam bukunya “Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat Universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungannya dengan khaliqnya yang diatur dalam ubudiyah, juga dalam hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah berpakaian, jual-beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan berturut-turut dalam Al-Quran surat Luqman, mulai ayat 3 dan seterusnya adalah :
(1) Pendidikan Keimanan Kepada Allah SWT.




Artinya :
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman ayat 13)
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
(2) Pendidikan Akhlaqul Karimah.
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
(Luqman : 18).
(3) Pendidikan Ibadah.
Ibadah yang secara awam diartikan sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup tidak hanya penyembahan, tetapi juga berhubungan dengan laku manusia meliputi kehidupan. Yang paling beradab, dari segi pandangan spiritual, adalah mereka yang mematuhi dengan sangat rapat kemauan Allah SWT, di dalam semua perbuatan-perbuatan mereka.
Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual. Upaya untuk ini Islam memberikan aturan-aturan peribadatan, sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluq terhadap khaliqnya.

3. ANALISA TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID.
Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin di wujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim. Dan kematangan integritas – kesempurnaan – pribadi.
Sebagai dunia cita, kalau sudah ditetapkan, ia adalah idea statis. Tetapi sementara itu kualitas dari tujuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai-nilainya. Lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang bersifat fundamental, seperti: nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama. Di sini kiranya orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan dunia, serta membantu anak-anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.
Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi :
1. Pembinaan kepribadian (nilai formil).
- sikap (attitude).
- daya pikir praktis rasional.
- obyektivitas.
- loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
- sadar nilai-nilai moral dan agama.
2. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materill), yaitu materi ilmu itu sendiri.
3. Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.
4. Pembinaan jasmani yang sehat.

B. PENDIDIKAN dan PENGAJARAN TAUHID
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran Tauhid lebih dari itu, ia juga dapat menuntun orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Pendidikan Tauhid dimaksudkan adalah membimbing anak didik agar mempunyai jiwa tauhid, melalui bimbingan tidak hanya dengan lisan dan tulisan, akan tetapi juga melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku, perbuatan dan perkataan orang tua atau guru adalah termasuk pekerjaan mendidik.
Pengajaran Tauhid dimaksudkan adalah memberikan pengertian tentang ketauhidan baik ia sebagai akidah yang wajib diyakini atau tauhid sebagai filasafat hidup manusia yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan dan pengajaran Tauhid, baik yang berhubungan dengan akidah atau ibadah, akan menanamkan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah. Keikhlasan mengabdi kepada Allah inilah yang membuat Tauhid laksana pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat dan segi lain untuk kehidupan di dunia ini.
Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran Tauhid harus dimulai sejak anak didik lahir ke dunia ini, anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Allah SWT. Harus disalurkan dengan sewajarnya, di bimbing dan diarahkan kepada rasa iman kepada Allah dan mencintai-Nya pula.
Proses pendidikan dan pengajaran tauhid harus dimulai sejak lahir anak ke dunia ini. Bukankah kehadiran seorang bayi ke dunia ini supaya didengungkan suara adzan sebagai pertanda pendidikan dan pengajaran tauhid telah dimulai.
“Sesungguhnya telah adzan Rasulullah saw. Pada telinga Husein (cucu beliau) ketika Husein baru dilahirkan – oleh Fatimah.” (Riwayat Ahmad dan Turmudzi).
Usaha-usaha pemupukan rasa iman sebagai fitrah manusia itu harus sungguh-sungguh mendapat perhatian orang tua/pengasuh, agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan wajar. Usaha-usaha pemupukan rasa iman itu melalui dalam tiga proses, yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan akhirnya pembentukan budi luhur.
Dalam taraf pembentukan pembiasaan, meliputi masa vital, masa anak-anak dan sebahagian masa sekolah. Dalam taraf pembiasaan ini hanya berupa pembiasaan pengenalan terhadap rasa iman kepada Allah dan adanya Allah.
Pada taraf ini anak dapat diumpamakan sebagai bibit tanaman yang baru bertumbuh, maka ia memerlukan pemeliharaan yang serius dari gangguan-gangguan yang dapat mematikan tanaman yang baru tumbuh itu, memerlukan siraman, perlindungan dari panas matahari dan sebagainya.
Anak mengenal Allah dengan perantaraan apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan, mula-mula diterimanya secara acuh tak acuh, akan tetapi tatkala ia melihat atau mendengar lingkungan keluarganya menganggumi Allah, maka terjadilah pengalaman agamis dalam dirinya.
Anak pada permulaan sekolah, pembiasaan diperlukan peragaan-peragaan pengenalan kepada Allah – lebih baik secara spontan – yang dapat dilihat atau didengar anak seperti mengucapkan basmallah, shalat, mendo’a, mengucapkan salam bila bertemu sesama keluarga, mengucapkan syukur dan sebagainya.
Pada permulaan sekolah anak belum dapat menyerap pemikiran maknawy, pemikiran masih terbatas pada persoalan yang nyata dan suka meniru. Maka kesukaan meniru ini perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada pengenalan kepada Allah.
Pada tahap pembentukan pengertian, meliputi pada masa sekolah sampai menjelang remaja. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan pada anak usia menjelang usia sekolah yaitu anak suka berkhayal, karenanya kekhayalannya itu perlu mendapat penyaluran pada pengenalan kepada Allah, antara lain seperti mukjizat, malaikat dan sebagainya.
Masa remaja adalah masa peralihan dan persiapan untuk dewasa, ia bukan anak-anak lagi akantetapi dewasa pun belum matang pula. Masa remaja bagaikan pohon yang kita tanam mengalami hembusan angin dan tidak jarang pohon itu tumbang bila akar-akarnya tidak kuat
Menjelang usia baligh, anak diarahkan pada penginsafan tentang kenyataan, mengerti dan menyadari bahwa segala apa saja yang ada di dunia ini adalah makhluk Allah, semuanya diciptakan oleh Allah.
Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah itu berjalan dengan baik dan lancar, segala kebiasaan yang baik jadi amalannya., maka dalam usia remaja akan terbentuklah rasa iman kepada Allah dengan mendalam dan lebih di sempurnakan lagi pada usia dewasa yang dimatangkan dengan pendidikan dan pengajarannya atau pengalamannya.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan keluarga besar sekali perannya dalam pendidikan anak pada umumnya dan pendidikan agama khususnya. Pendidikan dan pengajaran dalam lingkungan keluarga itu akan lebih berhasil lagi bila tidak mengalami halangan dan rintangan antara lain seperti keutuhan struktur keluarga dan keutuhan interaksi antara sesama anggota keluarga.
Peranan utama pendidikan keluarga adalah ibu, ibu sebagai pendidik utama dalam lingkungan keluarga, tidak dapat digantikan oleh orang lain, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan rohani. Ibu mendidik anknya atas dasar kasih sayang yang dalam. Nilai ASI sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pisik dan mental anknya, hubungan ibu dan anak dalam menyusui yang disertai pelukan dan belaian sayang akan menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam diri anak. Oleh karena itu peranan ibu dalam pendidikan keluarga, hendaknya perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada penanaman ajaran ketauhidan kepada Allah. Karena ajaran tauhid adalah ajaran pokok dalam agama yang menentukan masa depan seseorang sebagai muslim atau sebaliknya menjadi kafir.

C. DASAR / LANDASAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
1. Dasar Pokok
a. Al-Quran
Ialah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi dalil bagi kerasulan Rasulullah dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penutunjuknya serta ibadah bila di baca.
b. Sunah
Ialah segala gerak-gerik Rasul baik dari ucapan, perbuatan dan ketetapan Rasul yang menjadi pedoman umat manusia.
2. Dasar Tambahan
a. Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat
b. Ijtihad
c. Maslahatul Mursalah (kemaslahatan umat)
d. Uruf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)
3. Dasar Operasional
a. Dasar historis
b. Dasar sosial
c. Dasar ekonomi
d. Dasar politik
e. Dasar psikologis
f. Dasar fisiologis

D. TAHAP-TAHAP TUJUAN PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
Abu Ahmadi menyatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : (1) Tujuan tertinggi/terakhir, (2) tujuan umum, (3) tujuan khusus, dan (4) tujuan sementara.

1. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dab berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).
Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah :
a. Menjadi Hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menhayati tentang tuhannya sedemikian rupa. Sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusuan terhadap-Nya. Melalui seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Quran.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”. (QS. Al-Zhariat :56)
b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaanya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
Firman Allah :
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
(Q.S 2 : 20)
c. Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia samapai akhirat, baik individu maupun masyarakat.
Selanjutnya firman Allah SWT :
Artinya :
“dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan duniawi”. (Q.S Al-Qashash : 77)

2. Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Sementara itu para ahli pendidikan Islam merumuskan pula tujuan umum pendidikan Islam ini diantaranya :
a. Al-Abrasyi misalnya, dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu :
1). Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimin dari dulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya.
2). Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya.
3). Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.
4). Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5). Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada :
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.
b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subyek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran Al-Karim.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“katakanlah : Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar menentukan.”
c. Tuntutan Situasi, Kondisi pada kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik;

4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa comentnya bro,,,,